Terbaru - Melengkapi Paragraf Rumpang Berdasar Kata Rujukan
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang disusun sistematis yang terdiri dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Dalam paragraf, antara kalimat yang satu dan yang lain memiliki hubungan kohesif dan koheren.
Kesatuan dan kepaduan antarkalimat dalam paragraf dapat ditentukan juga dengan adanya penggunaan kata-kata yang tepat. Kata-kata tersebut, yaitu kata baku, kata ulang, kata serapan, kata berimbuhan, ungkapan, dan peribahasa.
1. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang penulisannya telah disesuaikan dengan standar yang dibakukan. Standar yang digunakan sebagai acuan kata baku antara lain: EYD (Ejaan yang Disempurnakan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]).
2. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap atau diambil dari bahasa asing. Perkembangan bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa daerah yang yang telah disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Penyerapan bahasa asing maupun daerah ke dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan berbagai cara:
a) Adaptasi: pemakaian bahasa memiliki makna/arti yang sama, tetapi penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata yang telah mengalami adaptasi, misalnya maksimal, kredit, dan sukses.
b) Adopsi: pemakaian bahasa asing atau daerah dengan mengambil bentuk dan makna secara keseluruhan tanpa adanya perubahan. Kata-kata yang telah mengalami adopsi, misalnya plaza, pizza, dan supermarket.
c) Penerjemahan: pemakaian bahasa mengambil konsep dari bahasa asing kemudian dicari persamaanya dalam bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut, misalnya tryout persamaanya uji coba, protect persamaanya tunjangan, acceleration persamaanya percepatan.
d) Kreasi: pemakaian bahasa yang mengambil konsep dasar yang ada pada sumber kemudian mencari persamaanya dalam bahasa Indonesia. Bentuk ini hampir sama dengan penerjemahan. Namun, dalam kreasi bentuk kata yang dihasilkan tidak sama dengan yang asli. Misalnya, kata effective dalam bahasa Indonesia bisa menjadi berhasil guna, spareparts menjadi suku cadang.
3. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan baik itu awalan, akhiran, sisipan, maupun awalah dan akhiran. Imbuhan yang melekat pada kata dasar membentuk kata baru yang disesuaikan dengan kaidah yang berlaku serta memiliki makna yang berbeda dengan kata dasarnya.
Bentuk imbuhan yang sering muncul adalah awalam me- yang digabungkan dengan kata dasar memiliki alomorf me-, men-, mem-, meng-, meny-, dan menge-. Kata dasar yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P jika mendapatkan awakan me-, huruf awal kata tersebut akan luluh. Misalnya, me- + kilat menjadi mengilat, me- + tari menjadi menari.
4. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang dihasilkan dari proses pengulangan. Jenis kata ulang dibedakan menjadi berikut:
a) Kata ulang murni/ utuh: proses pengulangan yang mengulang seluruh bentuk dasar, misalnya bawah umur, meja-meja.
b) Kata ulang sebagian: kata ulang yang dibentuk dari bentuk dasar. Kata ulang sebagian ini bentuk dasarnya berupa kata berimbuhan, misalnya tertawa-tawa bentuk dasarnya tertawa, pertama-tama bentuk dasarnya pertama.
c) Kata ulang berimbuhan: kata ulang murni yang mendapatkan imbuhan, misalnya berlari-lari dan mengangguk-angguk.
d) Kata ulang berubah bunyi atau berubah fonem: kata ulang utuh yang mengalami perubahan bunyi vokal atau konsonan, misalnya gerak-gerik dan sayur-mayur.
f) Kata ulang suku depan: kata ulang yang suku depannya mengalami pengulangan, misalnya pepohonan dan jejaka.
5. Ungkapan/Idiom
Ungkapan adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara leksikal. Misalnya, kata buah hati diartikan anak, ajudan diartikan orang iman.
6. Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat yang mengisahkan makna tertentu yang disusun secara tepat. Misalnya, mirip air di daun talas diartikan orang yang tidak mempunyai pendirian. Air atap bercucuran jatuhnya ke pelimbahan juga artinya sifat orang tua tidak jauh beda dengan anaknya.
Kesatuan dan kepaduan antarkalimat dalam paragraf dapat ditentukan juga dengan adanya penggunaan kata-kata yang tepat. Kata-kata tersebut, yaitu kata baku, kata ulang, kata serapan, kata berimbuhan, ungkapan, dan peribahasa.
1. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang penulisannya telah disesuaikan dengan standar yang dibakukan. Standar yang digunakan sebagai acuan kata baku antara lain: EYD (Ejaan yang Disempurnakan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]).
2. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap atau diambil dari bahasa asing. Perkembangan bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa daerah yang yang telah disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Penyerapan bahasa asing maupun daerah ke dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan berbagai cara:
a) Adaptasi: pemakaian bahasa memiliki makna/arti yang sama, tetapi penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata yang telah mengalami adaptasi, misalnya maksimal, kredit, dan sukses.
b) Adopsi: pemakaian bahasa asing atau daerah dengan mengambil bentuk dan makna secara keseluruhan tanpa adanya perubahan. Kata-kata yang telah mengalami adopsi, misalnya plaza, pizza, dan supermarket.
c) Penerjemahan: pemakaian bahasa mengambil konsep dari bahasa asing kemudian dicari persamaanya dalam bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut, misalnya tryout persamaanya uji coba, protect persamaanya tunjangan, acceleration persamaanya percepatan.
d) Kreasi: pemakaian bahasa yang mengambil konsep dasar yang ada pada sumber kemudian mencari persamaanya dalam bahasa Indonesia. Bentuk ini hampir sama dengan penerjemahan. Namun, dalam kreasi bentuk kata yang dihasilkan tidak sama dengan yang asli. Misalnya, kata effective dalam bahasa Indonesia bisa menjadi berhasil guna, spareparts menjadi suku cadang.
3. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan baik itu awalan, akhiran, sisipan, maupun awalah dan akhiran. Imbuhan yang melekat pada kata dasar membentuk kata baru yang disesuaikan dengan kaidah yang berlaku serta memiliki makna yang berbeda dengan kata dasarnya.
Bentuk imbuhan yang sering muncul adalah awalam me- yang digabungkan dengan kata dasar memiliki alomorf me-, men-, mem-, meng-, meny-, dan menge-. Kata dasar yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P jika mendapatkan awakan me-, huruf awal kata tersebut akan luluh. Misalnya, me- + kilat menjadi mengilat, me- + tari menjadi menari.
4. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang dihasilkan dari proses pengulangan. Jenis kata ulang dibedakan menjadi berikut:
a) Kata ulang murni/ utuh: proses pengulangan yang mengulang seluruh bentuk dasar, misalnya bawah umur, meja-meja.
b) Kata ulang sebagian: kata ulang yang dibentuk dari bentuk dasar. Kata ulang sebagian ini bentuk dasarnya berupa kata berimbuhan, misalnya tertawa-tawa bentuk dasarnya tertawa, pertama-tama bentuk dasarnya pertama.
c) Kata ulang berimbuhan: kata ulang murni yang mendapatkan imbuhan, misalnya berlari-lari dan mengangguk-angguk.
d) Kata ulang berubah bunyi atau berubah fonem: kata ulang utuh yang mengalami perubahan bunyi vokal atau konsonan, misalnya gerak-gerik dan sayur-mayur.
f) Kata ulang suku depan: kata ulang yang suku depannya mengalami pengulangan, misalnya pepohonan dan jejaka.
5. Ungkapan/Idiom
Ungkapan adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara leksikal. Misalnya, kata buah hati diartikan anak, ajudan diartikan orang iman.
6. Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat yang mengisahkan makna tertentu yang disusun secara tepat. Misalnya, mirip air di daun talas diartikan orang yang tidak mempunyai pendirian. Air atap bercucuran jatuhnya ke pelimbahan juga artinya sifat orang tua tidak jauh beda dengan anaknya.
Belum ada Komentar untuk "Terbaru - Melengkapi Paragraf Rumpang Berdasar Kata Rujukan"
Posting Komentar